Selasa, 28 April 2020

Motif Seni Ukir Nusantara

Gadis Rantau
Indonesia sangat kaya akan budaya tradisional yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, salah satunya adalah ukiran. Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung dan bagian-bagian cembung yang menyusun suatu gambar yang indah. Banyak sekali daerah di Indonesia yang memiliki kerajinan seni ukir kayu. Dari jawa misalnya ukiran kayu yang berasal dari Jepara. Dari pulau kalimantan contohnya seni ukir suku Dayak. Daris sulawesi contohnya seni ukir Toraja, dari Papua contohnya seni ukir pada suku Asmat. Setiap motif memiliki kekhasan tersendiri.

Dalam setiap motif ukir tradisional selalu terdiri dari motif-motif sebagai berikut :
  • Daun pokok yaitu yang menjadi motif pokok dari keseluruhan motif ukir kayu.
  • Angkup merupakan bentuk motif daun yang menelungkup pada punggung daun pokok.
  • Simbar merupakan motif yang menghias bagian depan daun pokok.
  • Endong merupakan motif hias yang menghias bagian belakang (punggung) daun pokok.
  • Trubusan atau disebut juga tunas, yaitu motif tunas yang muncul dari daun pokok. Trubusan berbentuk daun-daun kecil yang tumbuh di sekitar daun pokok, juga bersifat pelengkap atau pengisi dari bidang-bidang yang kosong
  • Pecahan merupakan motif berbentuk sobekan daun sehingga membentuk karakter motif daun. Pecahan merupakan pemanis atau menambah luwesnya bentuk daun yang sudah dipecahi.
  • Benangan merupakan motif garis yang terdapat dalam utama yang berfungsi sebagai pelengkap motif berbentuk bidang. Benangan berbentuk miring, dari bawah sampai ke atas berhenti pada ulir pokok.

Matif Ukir dari Jawa
Salah satu motif ukir yang berasal dari pulau Jawa adalah motif Majapahit. Semua bentuk ukiran daun, bunga dan buah berbentuk melengkung cembung dan cekung. Dengan kata lain motif Majapahit mempunyai ciri-ciri secara umum mempunyai bentuk campuran antara yang cembung dan cekung.
    Indonesia sangat kaya akan budaya tradisional yang tersebar dari Sabang sampai Merauke Motif Seni Ukir Nusantara
  • Angkup. Angkup pada motif ini berbentuk cekung dan berikal. Bentuk ini terdapat pada bagian atas sedangkan pada ujung angkup terdapat ikal sebagai akhir dari angkup tersebut.
  • Jambul Susun. Jambul Susun terletak pada muka daun pokok dengan pengulangan bentuk yang berkali-kali. Sesuai dengan namanya Jambul Susun ini bentuknya tersusun secara berulang-ulang di depan agak ke atas pada daun pokoknya.
  • Daun Trubus, pada motif Majapahit trubus kebanyakan tumbuh di atas pada daun pokok. Trubus yang terdapat di atas ini jumlahnya juga mengalami pengulangan secara berkali-kali dengan jumlah yang tergolong banyak.
  • Simbar, berbentuk seperti Simbar yang terdapat pada motif ukiran lainnya. Simbar juga berfungsi sebagai penambah keindahan saja. Bentuk ini memang bukanlah bentuk inti pada motif Majapahit. Simbar hanyalah sebagai pelengkap atau untuk sarana penunjang estetika. Biasanya terletak pada bagian pangkal depan dari daun pokok.
  • Benangan, motif ini kadang-kadang mempunyai benangan rangkap di samping juga terdapat benangan garis. Benangan ini terdapat pada daun pokok bagian depan dimulai dari pangkal mengikuti alur lengkungan daun pokoknya menuju dan berakhir pada ulir/ukel.
  • Pecahan, seperti halnya pada motif yang lain, pecahan pada motif Majapahit mempunyai dua jenis pecahan yaitu pecahan garis yang menjalar pada daun pokok dan pecahan cawen yang terdapat pada ukiran daun patran. Sehingga bentuk Pecahan ini dapat menambah keindahan dan kecantikan pada ukiran.

Motif Ukir dari Bali
Motif Bali merupakan salah satu jenis motif ukiran tradisional yang berkembang di Nusantara. Motif ini seperti halnya motif tradisional yang lain, erat hubungannya dengan pemberian nama-nama kerajaan yang terdapat pada wilayah tersebut.
  • Angkup pada motif Bali seperti halnya pada motif lainnya, mempunyai bentuk yang berikal pada ujungnya.
  • Sunggar ini hanya terdapat pada motif Bali saja. Bentuk sunggar ini tumbuh dari ujung ikal benangan pada daun pokok.
  • Endong pada motif ini adalah daun yang tumbuh dibelakang daun pokok, seperti halnya ending yang terdapat pada motif Pejajaran dan motif Majapahit.
  • Simbar pada motif Bali seperti yang terdapat pada motif Pejajaran dan motif Majapahit dengan bentuk yang khas pula. Simbar berada di depan pangkal daun pokok mengikuti bentuk alurnya, sehingga dapat membentuk keserasian secara keseluruhan pada motif ini.
  • Daun Trubus yang tumbuh pada motif ini tumbuh pada bagian atas dari daun pokok melengkung merelung yang membentuk dengan indahnya.
  • Benangan pada motif ini bentuknya khusus atau khas. Benangannya berbentuk cembung dan miring sebagian. Benangan ini tumbuh melingkar sampai pada ujung ikal.
  • Pecahan ini seperti halnya pada motif-motif yang lain, mempunyai pecahan garis yang menjalar pada daun pokok dan pecahan cawen yang terdapat pada ukiran daun patran, sehingga dapat menambah keserasian dan indahnya bentuk ukiran.

Motif Ukir dari Sulawesi
Salah satu hasil ukiran yang menonjol dari Sulawesi adalah ukiran Toraja. Sebagai hasil budaya, tiap- tiap motif ukiran Toraja merepresentasikan suatu benda dan memiliki makna tertentu bagi kehidupan masyarakat setempat. Jika anda seorang yang percaya akan kekuatan alam, tak ada salahnya anda mengetahui makna dibalik tiap motif ukiran Toraja sebalum membelinya.
  • Ne'Limbongan. Bentuk dasarnya adalah lingkaran yang dibatasi bujur sangkar. Motif ini menggambarkan keempat arah mata angin utama yang dipercaya sebagai sumber rejeki. Ne'Limbongan juga dipercaya sebagai pencipta ukiran Toraja.
  • Pa'Barre Allo, dari kata "barre" yang berarti bundaran dan "allo" yang berarti matahari. Bentuknya utamanya adalah empat lingkaran di dalam bujur sangkar. Ukiran yang melambangkan kebesaran Toraja ini banyak ditemui di pucuk rumah-rumah adat Toraja.
  • Pa'Kapuk Baka. Bentuk utamanya adalah 4 lingkaran yang saling berpotongan dan tersimpul dengan rumit. Dahulu ukiran ini dipakai sebagai tanda tempat penyimpanan harta. Simpul motif yang rumit dimaknai sebagai kesatuan keluarga yang tidak boleh tercerai berai demi kemakmuran.
  • Pa'Tangkik Pantung I mengambil motif paku yang dipakai untuk memancang bambu. Ukiran motif ini merupakan lambang kebesaran para bangsawan. Motif bernama Pa'Tangkik Pantung II terdiri dari 4 lingkaran yang membentuk 2 angka 8. Motif ini mengandung pesan pentingnya persatuan.
  • Pa'Kadang Pao berbentuk arsiran garis yang saling berhubungan. Selain melambangkan kerja sama, garis-garis lurusnya menggambarkan kejujuran dalam mencari rejeki. Pa' Sulan Sangbua terdiri dari garis-garis simetris saling bersilangan yang menggambarkan lipatan daun sirih. Motif ini melambangkan keanggunan di kalangan bangsawan.
  • Pa'Bulu Landong. Motif ini berbentuk rangkaian garis melengkung yang dimaknai sebagai bulu ayam jantan (Landong=Ayam jantan). Motif ini melambangkan kejantanan, keperkasaan, dan kebijaksanaan. Sesuai dengan namanya yang berarti kerbau, motif Pa'Tedong menggambarkan kepala kerbau. Karena pentingnya kerbau dalam kehidupan masyarakat Toraja, motif ini dipercaya sebagai lambang kemakmuran.
  • Motif Pa'Tanduk Re'pe bergambar garis-garis melengkung sejajar yang juga merepresentasikan kerbau. Karena menggambarkan tanduk, motif ini bermakna perjuangan hidup yang keras demi kesejahteraan dan status sosial.

Motif Ukir Minangkabau
Salah satu motif ukir dari pulau Sumatera adalah dari Suatera barat, motif ukir terdapat pada bagian-bagian rumah Gadang. Berikut ini beberapa motif ukir Minangkabau.
  • Motif Lebah Bergayut. Motif mencerminkan tentang rumah lebah madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat menggantungkan rumah lebah.
  • Motif Itik Sekawan (Itik Pulang Petang) . Motif ini menggambarkan tingkah laku hewan Itik yang selalu berjalan beriringan ketika petang hari akan pulang ke kandang. Tingkah laku berjalan beriringan serasi, bersahabat, kompak, bersama-sama, menjadi contoh bagi manusia akan arti kehidupan. Hal ini pun lalu digambarkan dan menjadi suatu corak motif untuk tenun, tekat, ukir dan songket dengan nama Motif Itik Pulang Petang atau Motif Itik Sekawan.
  • Motif Kaluk Pakis (kaluk paku) . Motif ini merupakan gambaran pohon/tetumbuhan pakis/paku yang berkeluk-keluk atau meliuk-liuk, tak hanya diperuntukkan bagi kerajinan tekat maupun tenunan dan sejenisnya. Motif Kaluk Pakis/Paku lazim pula dipakai untuk ukiran bangunan dan ukiran benda-benda lainnya. Semua corak motif melayu disepadukan dengan cermat sehingga kelihatan serasi dan saling mengisi.
  • Motif pucuk rebung. Motif ini melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain songket dimaksudkan agar si pemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup.
  • Selembayung. Selembayung adalah hiasan yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah bubung dan rumah lontik. Pada bagian bawah adakalanya diberi pula hiasan tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung perabung (tombak-tombak)
  • Sayap Layang-layang atau Sayap Layangan. Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap bangunan yang berselmbayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya. Letak sayap layang-layang pada empat sudut cucuran atap merupakan lambang sari empat pintu hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu budi, dan pintu Illahi. Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, yaitu kebebasan yang tahu batas dan tahu diri.
  • Singap/Bidai. Bagian ini biasanya dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilas. Pada bagian menjorok keluar di beri lantai yang disebut teban layar atau lantai alang buang atau disebu juga Undan- undan. Ref : http://baralekdi.blogspot.com/

Motif Ukir Kalimantan
Salah satu motif ukiran suku Dayak Lundayeh disebut juga dengan masyarakat Lun Bawang Kalimantan Timur. Berikut ini beberapa motif ukir dari Kalimantan.
  • Motif ukiran Arit Linawa, motif Arit Pawad, biasanya digunakan sebagai ukiran pada Buluh atau Sarung Parang.
  • Berbagai motif ukiran bunga, Pada zaman sekarang pola ini juga dikreasikan pada berbagai ukiran serta lukisan properti kesenian, interior funitur, dll.
  • Motif perisai ini merupakan sebuah bingkai yang didalamnya terukir perpaduan motif kreasi dari berbagai pola motif dasar. Makna motif perisai ini adalah pertahanan yang kuat / kokoh suku dayak, karena pada dasarnya perisai ini digunakan sebagai alat pertahanan oleh masyarakat dayak saat berperang.
  • Motif burung enggang Ini biasa ditautan dengan kompilasi motif naga. Hal ini dikarenakan enggang dan naga merukan simbol penguasa alam. Mahatala atau Pohotara merupakan penguasa alam atas yang disimbolkan sebagai Enggang Gading.
  • Motif naga dari berbagai suku dayak. Pola dasar dari naga ini banyak digunakan dalam gambaran lukisan suku dayak. Menurut masyarakat suku dayak naga yang dikenal dengan sebutan Jata atau Juata dianggap sebagai simbol penguasa alam bawah (tanah/air).
  • Motif anjing. Motif anjing ini biasa diukirkan pada lukisan tentang pengenalan kehidupan masyarakat suku dayak. Dalam cerita rakyat suku Dayak, anjing merupakan binatang jelmaan dewa yang diusir dari kayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia. Suku dayak membuat motif anjing menjadi bagian dalam berbagai kompilasi karena rasa terimakasih kepada hewan peliharaan mereka yang selalu menjaga dan menemani pada saat mereka berburu serta selalu setia kepada tuannya. Ref : http://vhya-sevhya.blogspot.com/

Motif Ukir Papua
Bagi suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang telah turun temurun menjadi suatu kebudayaan yang bukan saja dikenal di Papua dan Indonesia, melainkan sudah ke seluruh dunia. Bagi setiap turis asing yang berkunjung ke Papua, rasanya kurang lengkap apabila tidak mengenal atau membeli cenderamata karya ukir suku Asmat dalam berbagai ukuran.

Ciri khas dari ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis, dimana dari pola-pola tersebut akan terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir suku Asmat bernilai tinggi dan sangat banyak diminati para turis asing yang menggemari karya seni.

Dari segi model, ukiran suku Asmat memiliki pola dan ragam yang sangat banyak, mulai dari patung model manusia, binatang, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari sampai ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan lain-lain. Ref : http://artkimianto.blogspot.com/